Selasa, 21 Oktober 2014

SELEPAS SIANG

Selepas siang ku pulang menjemput angan
menanti rona jingga menghias nuansa hati
semuanya sudah selesai dalam kisahku
kini ku kembali bertahta di rimba keangkuhan

terima kasih untukmu duhai pemuja cinta
kau iringi aku hingga ke istana hatiku lagi
esok jika bunga mekar di tamanku
itulah persembahanku untukmu

dan selepas petang ini seperti kemaren
kita kan kembali menulis kisah baru
di jilidan diary kasih putih nuansa syahdu

DIPUNCAK MALAM

terbentang malam
ku berada dipuncak kesendirian
tak lepas membayang ilusui siang
hanya senggal senggal nafas terbimbang
bekap ambigu bisu tanpa bersuara
berteman Abjad Tak Beraturan yang kutata
Asa dimana letak adil ku bertanya
Cinta hilang bersama mentari yang bersembunyi diufuk barat

keras membatu tetetes tak berbekas belas kasih
lontar lontar tepena aksara
dan jejak itu ada walau dimalam buta
dakilah tebing
dan temukan aku diatas menanti mu
kelu lidah serak serak enggan berteriak lagi
syait pun mati tiada arti lagi

penggal ...terpenggal diingat awal
saat rasa manis kita kenyam bersama
dawai hati saling melilit mesra hingga dipuncak asmara
dimana engkau yang dulu ?
yang memainkan melody lagu rindu malam
dengan bisik lirih manja sediakan pangkuan kepala untuk ku
hingga tak ada kata yang biasa aku ungkap
hanya dengus dengus nafas
dan amblas ku terbuai melayang diawang nirmawana dunia

tapi kini....
puncak itu tiada berarti
dan tundukku disini batu mengeras
sekeras hati tanpa rasa Mencinta lagi.....
dimana tanganmu yang katanya akan membelai rambutku
dalam pangkuanmu

BANGKU KOSONG


Dalam kegelapan malam...
Kumendengar gemericik air yang menenangkan jiwa
Membentuk sebuah simponi dalam kegelapan
Seperti memainkan lagu sendu
Diantara bara hatiku
Dalam kegelapan malam

Kurindukan mentari dengan cahayanya
Merasuk dengan sombongnya
Masuk kedalam jendela kaca
Mengirim sinyalnya akan datangnya pagi
Menghentikan alur dari mimpi indah tentangmu
Dalam kegelapan malam

Kumainkan jemariku pada gitar tua
Diiringi angin yang bersiul bersuara

APA



Apa yang bisa kau maknai dari wajahku
Yang mulai menua karna usia
Sejauh mana kau arsirkan senyumku
Yang mengambang dikala senja
Antara tatap netraku


UNTUKMU HATI


Hati.. pernah kukatakan padamu
Tentang aksaraaksara mati yang selalu merajangku
Yang selalu melenakan ku dalam kepiluan dan kesunyian
Tak mengertikah kau bahwa selaksa cerca telah memporak porandakan asaku
Mengapa kau bersikeras ingin menempati ruang hampa yang masih gelap
takkah kau merasa pengap denga udara dan debudebu yang berbau amis
Hati.. kau tau..
Jauh dalam kalbuku ingin aku berteriak
Sekerasnya biar sesak yang menghimpit bahagiaku berhamburan pergi
Dan meninggalkanku dalam damai
Berkalikali aku membuka celah
Biar cahaya terang masuk kedalam ruang tak berongga dalam dadaku
Tapi selalu tertutup kembali karna angin begitu kencang menghembuskan aroma syahwat..
Dan aku tidaklah suka
Engkau hati...
Jika kau bersikeras ingin tinggal didalam dada ini
Aku hanya ingin meminta padamu sedikit saja
Buatlah cahaya terang didalam dadaku
Berikan kesejukan pada ragaku
Ketenangan dalam pikiranku
Tiuplah sedikit nafasmu pada mimpimipiku
Hingga aku bisa menjamahmu wahai Hati

Kini netraku meredup
Sejenak ku ingin merabamu dalam pejamku
Memeluk erat dalam khayalku
Hingga kau kembali memberikan debar saat sapa pertamamu
Esok hari

TANYA


simpang siur alur otak di kepala
sedenyut nadi puja dipuji
sesumbar umpat dalam dalam hati
marahkah..?
atau hanya sebuah duga saja
ahh yang benar saja..!!
malam masihlah milik sang kelam
lengkap dengan segala misterinya
hmm lalu bagaimana misteri hati..?
camburukah atau hanya sebuah kata muak
tak berubah sindiran dalam eja


SEPENGGAL BAIT HATI


apa yang aku cari
jika tak pernah menemukan
apa yang aku asakan
jika asa tak lengkap dilamunkan
tanda tanya mungkin akan tetap tak ada jawaban
inilah hidupuku..ya jalani saja
bukankah yang diatas sudah menentukan kemana aku berakhir
seperti aliran air yang akan bermuara di laut lepas
jalani saja.. ya nikmati saja